Sunday, June 30, 2013

DASAR-DASAR PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL

            Karakteristik anak, bagaimana tiap perasaan, pikiran, dan tindakan, mempengaruhi anak merespons terhadap yang lain dan beradaptasi dengan dunia. Sejak masa bayi, perkembangan kepribadian berkaitan erat dengan hubungan sosial yang dimaksud dengan perkembangan psikososial
Tiap bayi, sejak awal, menunjukkan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Campuran yang relative konsisten antara emosi, temperamen, pikiran, dan tingkah laku-lah yang menjadikan setiap orang itu unik.

EMOSI
Emosi adalah reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan fisiologis dan tingkah laku. Misalnya, rasa marah akan diikuti dengan meningkatnya detak jantung dan tindakan melampiaskan kemarahannya.
Perkembangan emosional merupakan proses yang terjadi secara bertahap dimana emosi yang rumit merupakan hasil dari emosi-emosi sederhana. Karakteristik pola reaksi emosional seseorang mulai berkembang pada masa bayi dan merupakan elemen dasar kepribadian. Namun seiring tumbuhnya anak, beberapa respons emosional dapat berubah.

Tanda Pertama Emosi
Menangis merupakan salah satu dari tanda-tanda pertama emosi. Menangis merupakan jalan bagi bayi untuk mengomunikasikan kebutuhannya. Ada empat pola menangis, yaitu :
·         Tangisan lapar (tangisan beritme)
·       Tangisan marah (variasi tangisan beritme dimana banyak udara dipaksakan melewati pita suara)
·         Tangisan sakit (tangisan tiba-tiba tanpa didahului rintihan, kadang diikuti menahan nafas)
·         Tangisan frustasi (dua atau tiga tangis, tanpa menahan nafas panjang)
Tanda pertama emosi lainnya adalah tersenyum dan tertawa. Senyum kecil paling dini adalah segera setelah lahir, yang merupakan hasil aktivitas sistem saraf subkortikal. Senyum kecil ini sering muncul pada periode REM Sleep dan berkurang setelah tiga bulan pertama.
Senyum sadar paling dini diakibatkan sensasi halus, seperti tiupan di kulit bayi. Tertawa menyebabkan bayi dapat menunjukkan bahwa bayi bisa menyebabkan berbagai hal terjadi sesuai yang bayi harapkan. Tertawa juga membantu bayi melepas ketegangan.
·         Minggu kedua, bayi mungkin tersenyum mengantuk saat merasa kenyang
·         Minggu ketiga, bayi tersenyum saat memperhatikan anggukan kepala dan suara pengasuh
·         Bulan pertama, senyum bayi lebih sering dan lebih sosial
·         Bulan kedua, bayi tersenyum terhadap stimulus visual
·         Bulan keempat, bayi tertawa keras ketika dicium di perut atau dikelitik
·         Bulan keenam, terkekeh merespons suara dan tingkah aneh orang terdekatnya
Jenis Emosi
Segera setelah lahir, bayi menunjukkan emosi dasar, berupa tanda puas, tertarik, dan distress. Tanda-tanda ini merupakan respons psikologis terhadap rangsangan sensori atau proses internal dan bersifat refleks. Pada enam bulan berikutnya, emosi sebenarnya mulai muncul (senang, kaget, sedih, jijik, marah, dan takut).
Self-Conscious Emotions seperti malu, empati, dan iri, muncul ketika bayi telah mengembangkan self-awareness, yaitu pemahaman kognititf bahwa bayi memiliki identitas yang dapat dikenali, terpisah, dan berbeda dari dunia di luar pikiran anak yang muncul antara usia 15-24 bulan. Rasa bersalah dan malu merupakan emosi yang berbeda, walaupun mungkin respons yang dihasilkan adalah sama. Fokus seorang anak yang merasa bersalah adalah tindakan yang buruk, bukan ‘diri yang buruk’. Seorang anak yang merasa bersalah akan mencoba membayar kesalahannya daripada anak yang malu yang akan lebih mungkin menyembunyikan hasil kesalahannya. Sementara empati –kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain dan merasakan yang dirasakan orang tersebut, atau diharapkan merasakan –akan muncul pada tahun kedua. Empati berbeda dengan simpati, dinana hanya melibatkan rasa sedih, khawatir, atau iba terhadap kondisi orang lain.

TEMPERAMEN
Temperamen terkadang didefinisikan sebagai karakteristik seseorang. Sebenarnya, temperamen adalah cara biologis individu untuk mendekati dan bereaksi terhadap lingkungan sekitarnya. Temperamen dideskripsikan sebagai bagaimana seseorang bertingkah laku.
Dalam New York Longitudinal Study (NYLS), dilakukan penelitian tentang temperamen dengan memantau 133 bayi hingga masa dewasa. Hasil dari penilitian menunjukkan anak-anak ini memiliki karakteristik yang berbeda dalam menanggapi situasi tertentu, yaitu :
·         Easy children ; bahagia, mudah menerima pengalaman baru, ritme biologis teratur
·   Difficult children ; mudah terganggu, sulit disenangkan, ritme biologis tidak teratur, tidak merespons baik terhadap hal baru
·         Slow-to-warm-up ; tenang tapi sulit beradaptasi dengan hal baru
Temperamen merupakan bawaan, mungkin bersifat herediter dan cukup stabil. Hal ini bukan berarti temperamen sudah terbentuk utuh sejak lahir. Temperamen berkembang bersamaan dengan munculnya berbagai emosi dan dapat berubah sebagai respons terhadap sikap dan perlakuan orang tua.
Budaya dan dasar biologis memengaruhi cara orang tua menghadapi anak. Anak laki-laki yang cenderung pemalu mungkin tetap demikian hingga usia 3 tahun, bila orang tua mereka menerima reaksi anak mereka tersebut. Di negara barat, anak pemalu dianggap tidak dewasa, sementara di Asia, anak yang pemalu cenderung diterima secara sosial.

BAYI DALAM KELUARGA
Berbicara tentang bayi dalam keluarga, maka pengasuhan adalah topic utama. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, pola interaksi orang dewasa dan bayi yang diterima mungkin memiliki dasar budaya. Dengan memperhatikan informasi tersebut, yang selanjutnya menjadi topic adalah peran ibu dan ayah sebagai pengasuh utama dalam keluarga.
Peran Ibu
Hal yang paling penting untuk diperjelas adalah bahwa menyusui bukanlah hal satu-satunya, atau bahkan hal yang paling penting, yang harus bayi dapatkan dari ibu mereka. Menjadi ibu berarti memberikan rasa nyaman melalui kontak tubuh yang dekat, dan kepuasan dari kebutuhan bawaan untuk bergantung.
Peran Ayah
Peran ayah secara esensial merupakan suatu kontruk sosial dan memiliki makna yang berbeda di tiap budaya. Begitupun dengan pola asuh dan cara bermain dengan bayi mereka, tiap ayah memiliki cara yang berbeda. Namun akhir-akhir ini, peran ayah dalam pengasuhan bayi cenderung meningkat dikarenakan factor ibu yang harus bekerja di luar rumah.

Menjadi laki-laki atau perempuan mempengaruhi bagaimana seseorang berpenampilan, bergerak, bekerja, berperilaku, bermain, dan lainnya. Konsep gender tentang ‘Apa artinya menjadi laki-laki dan perempuan?’ dibentuk sejak bayi dimana ibu dan ayah merupakan pemeran utama dalam membentuk perbedaan gender pada anak mereka. Pembentukan kepribadian anak laki-laki dan perempuan oleh orang tua tampak sangat dini. Terutama ayah, mempromosikan gender-typing, yaitu proses dimana anak mempelajari tingkah laku yang dianggap pantas bagi mereka sesuai dengan budaya masing-masing.

Salah satu perbedaan dini dalam tingkah laku antara laki-laki dan perempuan muncul pada usia 1 dan 2 tahun dimana anak sudah memiliki preferensi terhadap mainan dan teman bermainnya.

Garam dan Telaga

Suatu ketika, hiduplah seorang tua yang bijak. Pada suatu pagi, datanglah seorang anak muda yang sedang dirundung banyak masalah. Langkahnya gontai dan air muka yang ruwet. Tamu itu, memang tampak seperti orang yang tak bahagia.
Tanpa membuang waktu, orang itu menceritakan semua masalahnya. Pak Tua yang bijak, hanya mendengarkannya dengan seksama. Ia lalu mengambil segenggam garam, dan meminta tamunya untuk mengambil segelas air. Ditaburkannya garam itu kedalam gelas, lalu diaduknya perlahan. “Coba, minum ini, dan katakan bagaimana rasanya..”, ujar Pak tua itu.
“Pahit. Pahit sekali”, jawab sang tamu, sambil meludah kesamping.
Pak Tua itu, sedikit tersenyum. Ia, lalu mengajak tamunya ini, untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan dekat tempat tinggalnya. Kedua orang itu berjalan berdampingan, dan akhirnya sampailah mereka ke tepi telaga yang tenang itu.
Pak Tua itu, lalu kembali menaburkan segenggam garam, ke dalam telaga itu. Dengan sepotong kayu, dibuatnya gelombang mengaduk-aduk dan tercipta riak air, mengusik ketenangan telaga itu. “Coba, ambil air dari telaga ini, dan minumlah. Saat tamu itu selesai mereguk air itu, Pak Tua berkata lagi, “Bagaimana rasanya?”.
“Segar.”, sahut tamunya.
“Apakah kamu merasakan garam di dalam air itu?”, tanya Pak Tua lagi.
“Tidak”, jawab si anak muda.
Dengan bijak, Pak Tua itu menepuk-nepuk punggung si anak muda. Ia lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di samping telaga itu. “Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan, adalah layaknya segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu adalah sama, dan memang akan tetap sama.
“Tapi, kepahitan yang kita rasakan, akan sangat tergantung dari wadah yang kita miliki. Kepahitan itu, akan didasarkan dari perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita. Jadi, saat kamu merasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang bisa kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu.”
Pak Tua itu lalu kembali memberikan nasehat. “Hatimu, adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu, adalah tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu meredam setiap kepahitan itu dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan.”
Keduanya lalu beranjak pulang. Mereka sama-sama belajar hari itu. Dan Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan “segenggam garam”, untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.

Dikutip dari : 
http://virouz007.wordpress.com/2012/07/09/garam-dan-telaga/#more-1079

Tugas Mata kuliah PUM2

                  Study Kasus Seksualitas 

           Di Televisi maupun di surat kabar saya banyak melihat kasus pelecehan seksual terhadap anak-anak ( Sexual Abuse of Children )Baik yang dilakukan oleh ayah tirinya maupun oleh tetangganya. Ada kasus yang awalnya dia diberi apapun keinginannya dahulu, setelah si korban percaya lalu si tetangga ini melakukan pelecehan dan pemerkosaan anak (child rape) tersebut, ada juga seorang ayah tiri yang tinggal bersama anak tirinya dirumah sementara ibu si anak tersebut mencari nafkah, si bapak tega melakukan Incest atau pelecehan seksual pada anak itu dan mengancamnya agar tidak memberi tahu sang ibu.

Friday, June 7, 2013

LAPORAN HASIL OBSERVASI SEKOLAH TUGAS DARI MATA KULIAH PSIKOLOGI PENDIDIKAN MENGENAI E-LEARNING

                 Kelompok 6
  1. Catherine Febrianty (12-036)
  2. Arifah Rakatasya Siregar (12-052)
  3. Khadhra Ulfah (12-062)
  4. Fitri Nirwana Sinaga (12-074)
  5.  Melinda Salim (12-092)
Menurut saya tugas observasi ke sekolah untuk mata kuliah psikologi pendidikan mengenai E-Learning ini adalah hal yang pertama dan sangat menarik, karena sebelumnya saya tidak pernah melakukan observasi secara langsung seperti yang saya lakukan pada kesempatan kali ini. Pengalaman ini menjadi  salah satu pengalaman saya yang berharga. Saya mendapatkan kesempatan melakukan observasi ini di sekolah METHODIST - 2 bersama dengan anggota kelompok psikologi pendidikan saya yaitu Catherine, Ulfah dan Melinda. Tetapi, salah satu teman kelompok saya yaitu Fitri Nirwana Sinaga tidak dapat ikut berpartisipasi bersama kami dalam tugas observasi kali ini dikarenakan ada sesuatu hal.

Baiklah berikut adalah hasil Laporan dari Observasi yang kami lakukan di sekolah METHODIST - 2 Medan :
 

      "LAPORAN HASIL OBSERVASI"


A.    Penjelasan Deskripsi Sekolah dan Perangkatnya


·         Nama sekolah      : SMP/SMA SWASTA METHODIST-2
·         Alamat                   : Jalan M.H. Thamrin No.96 Medan 20212 Sumatera Utara
·         Tel                            : (+62-61) 4565281, 4563662, 4558540
·         Fax                           : (+62-61) 4567246
·         Email                       : pkmi2mdn@indo.net.id
·         Uang sekolah       : Rp 480.000,-
·         Fasilitas sekolah :

Ruang kelasber-AC
Aula
Lapangan Basket
Ruang UKS
Tempat Fotokopi
LapanganVoli
Perpustakaan
Kantin
Ruang Lab Fisika, Kimia, Biologi


B.     Uraian Objektif Observasi


  • Tanggal Observasi    : 24 Mei 2013
  • Waktu                            : 07.30 – 10.00 (150 menit)
  • Pembagian                  : Tidak ada pembagian tugas yang spesifik. Proses wawancara, observasi, dan dokumentasi dilakukanbersama-sama. Hanya satu orang dari kelompok kami yang tidak bisa hadir mengikuti obervasi karena alasan tertentu.
  • Narasumber               : Pak Manurung (Guru BK SMA)
                                                      Pak J.B.H Malau (Guru SMA) 
  • Suasana  observasi  : Proses observasi berlangsung sangat lancar. Guru-guru disana pun sangat ramah dan sangat terbuka kepada observer. Walaupun observasi yang dialkukan di dalam  kelas tidak lama, informasi yang diperlukan dapat diperoleh secara  maksimal dengan bantuan beberapa narasumber. Murid-murid disana pun sangat ramah, terbuka dan membantu.


C. Hasil Observasi


·         Konsep E-learning

Sekolah yang kami observasi telah menggunakan program e-learning sekitar 6 – 7 tahun. Program yang diterapkan terdiri dari program online dan offline. Untuk program offline nya berupa penggunaan proyektor yang disediakan oleh pihak sekolah . Fungsi utama dari proyektor ini yaitu menampilkan materi pelajaran yang telah disiapkan guru sebelumnya dalam bentuk slide powerpoint, yang berfungsi mempermudah proses belajar mengajar. Selain itu, juga digunakan pada saat ujian, dimana soal ditampilkan secara otomatis dan guru dapat menagawasi secara penuh. 

Program online belum digunakan secara luas, melainkan hanya oleh beberapa guru. Penggunaannya yaitu pemberian link tertentu di media sosial dimana murid dapat berhubungan dengan guru yang menggunakan program ini. Link tersebut diberikan untuk murid mengunduh materi yang telah ditentukan untuk materi belajar di rumah. Program online ini tidak diterapkan untuk belajar di sekolah karena adanya larangan bagi murid untuk membawa atau menggunakan alat komunikasi dalam bentuk apapun. Munculnya peraturan ini dikarenakan banyaknya penyalahgunaan oleh murid-murid mereka. 

          Pihak sekolah menyatakan bahwa pengguna IPTEK sebenarnya sangat membantu proses belajar siswa, tetapi malah banyak disalahgunakan. Alat komunikasi yang diharapkan membantu proses belajar ternyata malah mengganggu proses belajar. Banyak murid yang ketahuan berpura-pura belajar namun sebenarnya bermain game dengan alat komunikasi yang mereka miliki.

·         Teori Belajar

     Berkaitan dengan teori belajar, sekolah yang kami observasi sejalan dengan teori belajar humanistik dan behavioral khususnya konsep reinforcement positive. Pihak sekolah  menyatakan bahwa murid – muridnya diberi kebebasan dalam memilih program studi yang diinginkannya, sesuai minat dan kemampuannya. Hal itu tercermin dalam pemilihan jurusan berdasarkan minat siswa masing – masing. Selain itu, murid – murid juga diberi kebebasan mengembangkan minat, potensi dan bakat mereka masing- masing dalam berbagai jenis ekstrakulikuler yang ada.

      Teori belajar lain yang sangat berperan yaitu teori belajar behavioral. Berupa pemberian     reward sebagai reinforcement sitive bagi murid-muridnya yang berprestasi dalam bidang akademik maupun non akademik seperti olahraga. Untuk siswa berprestasi di bidang akademis, siswa diberikan penghargaan berupa sertifikat yang nantinya akan berguna bagi siswa di kedepannya, misalnya dalam pendaftaran universitas. Sedangkan untuk murid yang berprestasi dalam bidang bakat seperti olahraga, diberikan medali sebagai penghargaan bagi mereka. Pemberian medali tersebut oleh pihak sekolah dikatakan sebagai penghargaan diri agar murid yang kurang berprestasi di bidang akademis pun dapat bangga pada diri mereka sendiri.

·      Motivasi

Dari pihak sekolah sendiri menyatakan bahwa motivasi belajar murid zaman sekarang sudah sangat rendah. Karena itu, perlu adanya usaha guru untuk meningkatkan kembali motivasi belajar murid-muridnya. Salah satu cara yang diterapkan yaitu berupa program e-learning. Contohnya pembelajaran yang menggunakan proyektor dalam mata pelajaran matematika, fisika, biologi , sejarah, atau sosiologi dimana pembelajarannya  menampilkan gambar-gambar yang unik dan menarik bagi siswa yang diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. 

            Motivasi murid untuk belajar tidak lagi sepenuhnya karena ingin memahami materi yang dipelajari. Kebanyakan murid belajar keras hanya dengan tujuan bisa menyelesaikan ujian dan dapat melewati nilai batas minimum. Motivasi belajar murid lebih kepada motivasi ekstrinsik berupa nilai ujian dan bukan lagi motivasi intrinsic untuk memperoleh pemahaman. Tujuan yang ingin dicapai murid berpindah dari mastery goal menjadi performance goal

            Motivasi belajar murid cenderung sejalan dengan teori behavioral. Dimana murid belajar untuk mendapatkan nilai bagus dan kemudian mendapatkan penghargaan. Atau belajar agar tidak dimarahi orang tua di rumah.

·     Orientasi Belajar

             Proses belajar mengajar di sekolah ini menerapkan kedua metode Teacher Centered Learning (TCL) dan Student-Centered Learning (SCL) . Namun masih lebih berfokus pada metode TCL.

              Penerapan metode TCL yaitu guru yang memberikan dan mengajarkan materi pembelajaran secara total. Guru mengharapkan murid-muridnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diukur dari ujian yang diadakan. Guru yang mengontrol proses belajar di kelas sehingga gangguan yang mungkin muncul dapat dihindari. Metode TCL ini kadang melibatkan proses e-learning dan kadang tidak. Ada guru yang menjelaskan materi dengan bantuan slide powerpoint dan ada yang masih menggunakan cara tradisional berupa lisan atau ditulis di papan tulis.

                Untuk penerapan SCL , murid – murid diberikan tugas untuk membahas materi yang telah ditentukan, mendiskusikan materi dan mempresentasikannya di depan kelas. Guru hanya menentukan topic , mendengarkan presentasi dan diskusi murid serta memberikan feedback di akhir kelas, untuk menjelaskan kembali hal - hal yang perlu dijelaskan. Selain itu, terdapat juga program belajar sendiri dari slide yang telah disiapkan oleh guru. Slide ditampilkan secara otomatis, murid melihat, mendengarkan materi dan mengerjakan soal yang telah dijelaskan dengan slide tadi. Peran guru yaitu menjelaskan kembali ketika ada penjelasan dari slide yang tidak dapat dipahami oleh murid-muridnya.

·         Manajemen Kelas

              Setiap kelas terdiri dari 40-45 orang dengan pertimbangan jumlah murid yang terlalu banyak untuk ukuran kelas kecil dapat menurunkan konsentrasi belajar murid – murid yang ada di dalamnya. Penataan ruangan kelas berupa gaya auditorium, dimana guru berada di depan kelas dan semua murid duduk menghadap guru.


D. Kesimpulan


1.      Kesimpulan Kelompok

              Sekolah yang telah menerapkan e-learning pada dasarnya mempermudah proses belajar mengajar di dalam kelas. Keuntungannya bagi guru yaitu bahwa ia tidak perlu mendikte atau menulis seluruh catatan atau materi yang ingin dijelaskan. Hal ini tertentu saja menghemat energi guru di kelas. Akan tetapi, sebelum kelas dimulai, guru harus terlebih dahulu menyiapkan materi dalam komputernya sehingga dapat ditampilkan di kelas.

              Keuntungannya bagi murid yaitu murid tidak akan merasa bosan karena adanya proses visualisasi yang terlibat ketika mempelajari suatu pelajaran yang ditampilkan melalui slide . Proses belajar seperti ini bagi murid lebih mudah dan menyenangkan. Ini dikarenakan munculnya gambar-gambar akan pelajaran yang sedang dipelajari,  sehingga pelajaran tersebut tidak terkesan abstrak. Dengan cara seperti ini, murid akan lebih menyukai pelajaran yang dipelajari dan meningkatkan motivasi belajar siswa.

              Akan tetapi, dalam pelaksanaanya, khususnya program online, pihak sekolah harus memikirkan berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Contohnya untuk pengambilan materi secara online. Ketika ada murid yang tidak menyelesaikan tugas tersebut,  ada kemungkinan bahwa hal tersebut terjadi karena adanya gangguan pada jaringan internet. Sebagaimana yang kita ketahui, bahwa jaringan internet kita masih banyak gangguannya. 

2.      Kesimpulan Pribadi 

Sistem E-Learning ini menurut saya pribadi, sangat membantu dalam proses pembelajaran  di sekolah karena cara belajarnya lebih menarik ditinjau dari adanya proses visualisasi yang terlibat yang ditampilkan melalui slide-slidenya, lebih praktis dan mudah serta dapat meningkatkan motivasi siswa-siswi karena dapat belajar dengan cara yang tidak terkesan abstrak. Namun dalam Sistem E-Learning ini guru harus paham dalam menggunakan teknologi dan cara menjelaskan materi pembelajaran dengan Singkat, Jelas serta mudah dimengerti siswa-siswinya yang terangkum di dalam slide-slide pembelajarannya,  agar tujuan dan makna pembelajaran yang disampaikan dapat diterima dengan baik dan jelas oleh Siswa-siswinya.

E. Dokumentasi


       Bersama salah satu guru dari Methodist 2 Medan
 
                 Berada di salah satu kelas SMA Methodist 2 Medan 




      Tampak sebagian Lapangan dan gedung Sekolah Methodist 2 Medan