Orang-orang Istiqomah yang Terasing
“Kamu kenapa pakai kerudungnya hanya di sekolah? Kenapa nggak di lingkungan rumah juga?” tanya saya kepada seorang remaja putri. “Malu ah. Nanti saya diledekin.” Jawabnya. Dialog singkat di atas sedikit banyak menggambarkan kondisi umat Islam saat ini. Ketika kebaikan dijadikan bahan olok-olok, seakan itu adalah sesuatu yang aneh. Orang menutup aurat terlihat asing sehingga menjadi pusat perhatian dan sinisme. Sebaliknya, mereka yang mengumbar aurat dianggap biasa, bahkan dijadikan ajang lomba pamer aurat sejagat. Wanita yang mengikutinya dibangga-banggakan. Sementara ada wanita yang memakai cadar disangka teroris.
Tak bisa dipungkiri, ketika kehidupan kita tidak berdasarkan aturan Allah, nilai-nilai agama terkikis perlahan-lahan. Zakat jadi mubah, pajak jadi wajib. Syariah Islam dianggap aneh, sementara gaya hidup dari orang-orang kafir disebut sebagai tren. Sehingga tak sedikit dari umat Islam yang merasa malu menunjukkan jati dirinya sebagai muslim/muslimah. Padahal Allah swt mengingatkan agar hidup kita senantiasa terpaut dengan Islam luar dalam. Allah swt berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman,
bertakwalah kepada Allah sebenar-benar takwa kepada-Nya; dan janganlah
sekali-kali kamu mati melainkan dalam keadaan beragama Islam.” (QS. Ali Imran: 102)
Janganlah bersedih ketika kita dianggap “aneh” oleh kebanyakan manusia. Karena sudah sunatullah saat kita mempertahankan Islam, maka cibiran dan cercaan dari orang-orang awam adalah sebuah keniscayaan. Rasulullah saw. bersabda:
“Islam bermula dalam keadaan asing.
Dan ia akan kembali menjadi sesuatu yang asing. Maka beruntunglah
orang-orang yang terasing itu.” (HR Muslim no. 145)
“Sesungguhnya di belakang kalian ada
hari- hari yang memerlukan kesabaran. Kesabaran pada masa-masa itu
bagaikan memegang bara api. Bagi orang yang mengerjakan suatu amalan
pada saat itu akan mendapatkan pahala lima puluh orang yang mengerjakan
semisal amalan itu. Ada yang berkata,’Hai Rasululah, apakah itu pahala
lima puluh di antara mereka?” Rasululah saw. menjawab,”Bahkan lima puluh
orang di antara kalian (para shahabat).” (HR Abu Dawud, dengan sanad hasan)
Oleh karena itu, tetaplah berpegang teguh pada agama Allah. Biarpun kita dianggap aneh dan terasing. Justru kita harus berbahagia menjadi bagian dari orang-orang yang terasing yang melakukan perbaikan saat orang-orang di sekitarnya berada dalam kerusakan. Wallahu a’lam.
Dikutip dari :
http://www.cintaquran.com/orang-orang-istiqomah-yang-terasing/