Karakteristik
anak, bagaimana tiap perasaan, pikiran, dan tindakan, mempengaruhi anak
merespons terhadap yang lain dan beradaptasi dengan dunia. Sejak masa bayi,
perkembangan kepribadian berkaitan erat dengan hubungan sosial yang dimaksud
dengan perkembangan psikososial.
Tiap
bayi, sejak awal, menunjukkan kepribadian yang berbeda satu sama lain. Campuran
yang relative konsisten antara emosi, temperamen, pikiran, dan tingkah laku-lah
yang menjadikan setiap orang itu unik.
EMOSI
Emosi
adalah reaksi subjektif terhadap pengalaman yang diasosiasikan dengan perubahan
fisiologis dan tingkah laku. Misalnya, rasa marah akan diikuti dengan
meningkatnya detak jantung dan tindakan melampiaskan kemarahannya.
Perkembangan
emosional merupakan proses yang terjadi secara bertahap dimana emosi yang rumit
merupakan hasil dari emosi-emosi sederhana. Karakteristik pola reaksi emosional
seseorang mulai berkembang pada masa bayi dan merupakan elemen dasar
kepribadian. Namun seiring tumbuhnya anak, beberapa respons emosional dapat
berubah.
Tanda
Pertama Emosi
Menangis merupakan salah satu dari tanda-tanda
pertama emosi. Menangis merupakan jalan bagi bayi untuk mengomunikasikan
kebutuhannya. Ada
empat pola menangis, yaitu :
·
Tangisan
lapar (tangisan beritme)
· Tangisan
marah (variasi tangisan beritme dimana banyak udara dipaksakan melewati
pita suara)
·
Tangisan
sakit (tangisan tiba-tiba tanpa didahului rintihan, kadang diikuti menahan
nafas)
·
Tangisan frustasi (dua atau tiga tangis, tanpa menahan nafas
panjang)
Tanda pertama emosi lainnya adalah tersenyum dan tertawa. Senyum kecil
paling dini adalah segera setelah lahir, yang merupakan hasil aktivitas sistem
saraf subkortikal. Senyum kecil ini sering muncul pada periode REM Sleep dan berkurang setelah tiga
bulan pertama.
Senyum
sadar paling dini diakibatkan sensasi halus, seperti tiupan di kulit bayi.
Tertawa menyebabkan bayi dapat menunjukkan bahwa bayi bisa menyebabkan berbagai
hal terjadi sesuai yang bayi harapkan. Tertawa juga membantu bayi melepas
ketegangan.
·
Minggu
kedua, bayi mungkin tersenyum mengantuk saat merasa kenyang
·
Minggu
ketiga, bayi tersenyum saat memperhatikan anggukan kepala dan suara
pengasuh
·
Bulan
pertama, senyum bayi lebih sering dan lebih sosial
·
Bulan
kedua, bayi tersenyum terhadap stimulus visual
·
Bulan
keempat, bayi tertawa keras ketika dicium di perut atau dikelitik
·
Bulan
keenam, terkekeh merespons suara dan tingkah aneh orang terdekatnya
Jenis
Emosi
Segera
setelah lahir, bayi menunjukkan emosi dasar, berupa tanda puas, tertarik, dan
distress. Tanda-tanda ini merupakan respons psikologis terhadap rangsangan
sensori atau proses internal dan bersifat refleks. Pada enam bulan berikutnya,
emosi sebenarnya mulai muncul (senang, kaget, sedih, jijik, marah, dan takut).
Self-Conscious Emotions seperti malu,
empati, dan iri, muncul ketika bayi telah mengembangkan self-awareness, yaitu pemahaman kognititf bahwa bayi memiliki
identitas yang dapat dikenali, terpisah, dan berbeda dari dunia di luar pikiran
anak yang muncul antara usia 15-24 bulan. Rasa bersalah dan malu merupakan
emosi yang berbeda, walaupun mungkin respons yang dihasilkan adalah sama. Fokus
seorang anak yang merasa bersalah adalah tindakan yang buruk, bukan ‘diri yang
buruk’. Seorang anak yang merasa bersalah akan mencoba membayar kesalahannya
daripada anak yang malu yang akan lebih mungkin menyembunyikan hasil
kesalahannya. Sementara empati –kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi
orang lain dan merasakan yang dirasakan orang tersebut, atau diharapkan
merasakan –akan muncul pada tahun kedua. Empati berbeda dengan simpati, dinana
hanya melibatkan rasa sedih, khawatir, atau iba terhadap kondisi orang lain.
TEMPERAMEN
Temperamen
terkadang didefinisikan sebagai karakteristik seseorang. Sebenarnya, temperamen
adalah cara biologis individu untuk mendekati dan bereaksi terhadap lingkungan
sekitarnya. Temperamen dideskripsikan sebagai bagaimana seseorang bertingkah laku.
Dalam
New York Longitudinal Study (NYLS),
dilakukan penelitian tentang temperamen dengan memantau 133 bayi hingga masa
dewasa. Hasil dari penilitian menunjukkan anak-anak ini memiliki karakteristik
yang berbeda dalam menanggapi situasi tertentu, yaitu :
·
Easy
children ; bahagia, mudah menerima pengalaman baru, ritme biologis teratur
· Difficult
children ; mudah terganggu, sulit disenangkan, ritme biologis tidak teratur,
tidak merespons baik terhadap hal baru
·
Slow-to-warm-up
; tenang tapi sulit beradaptasi dengan hal baru
Temperamen
merupakan bawaan, mungkin bersifat herediter dan cukup stabil. Hal ini bukan berarti
temperamen sudah terbentuk utuh sejak lahir. Temperamen berkembang bersamaan
dengan munculnya berbagai emosi dan dapat berubah sebagai respons terhadap
sikap dan perlakuan orang tua.
Budaya
dan dasar biologis memengaruhi cara orang tua menghadapi anak. Anak laki-laki
yang cenderung pemalu mungkin tetap demikian hingga usia 3 tahun, bila orang
tua mereka menerima reaksi anak mereka tersebut. Di negara barat, anak pemalu
dianggap tidak dewasa, sementara di Asia , anak
yang pemalu cenderung diterima secara sosial.
BAYI
DALAM KELUARGA
Berbicara
tentang bayi dalam keluarga, maka pengasuhan adalah topic utama. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, pola interaksi orang dewasa dan bayi yang diterima
mungkin memiliki dasar budaya. Dengan memperhatikan informasi tersebut, yang
selanjutnya menjadi topic adalah peran ibu dan ayah sebagai pengasuh utama
dalam keluarga.
Peran
Ibu
Hal
yang paling penting untuk diperjelas adalah bahwa menyusui bukanlah hal
satu-satunya, atau bahkan hal yang paling penting, yang harus bayi dapatkan
dari ibu mereka. Menjadi ibu berarti memberikan rasa nyaman melalui kontak
tubuh yang dekat, dan kepuasan dari kebutuhan bawaan untuk bergantung.
Peran
Ayah
Peran
ayah secara esensial merupakan suatu kontruk sosial dan memiliki makna yang berbeda
di tiap budaya. Begitupun dengan pola asuh dan cara bermain dengan bayi mereka,
tiap ayah memiliki cara yang berbeda. Namun akhir-akhir ini, peran ayah dalam
pengasuhan bayi cenderung meningkat dikarenakan factor ibu yang harus bekerja
di luar rumah.
Menjadi
laki-laki atau perempuan mempengaruhi bagaimana seseorang berpenampilan,
bergerak, bekerja, berperilaku, bermain, dan lainnya. Konsep gender tentang ‘Apa artinya menjadi
laki-laki dan perempuan?’ dibentuk sejak bayi dimana ibu dan ayah merupakan pemeran
utama dalam membentuk perbedaan gender pada anak mereka. Pembentukan
kepribadian anak laki-laki dan perempuan oleh orang tua tampak sangat dini.
Terutama ayah, mempromosikan gender-typing,
yaitu proses dimana anak mempelajari tingkah laku yang dianggap pantas bagi
mereka sesuai dengan budaya masing-masing.
Salah
satu perbedaan dini dalam tingkah laku antara laki-laki dan perempuan muncul
pada usia 1 dan 2 tahun dimana anak sudah memiliki preferensi terhadap mainan
dan teman bermainnya.