Thursday, May 16, 2013

SLB - A,B,C,D,E


Kelompok 6
Nama Anggota :
Catherine Febrianty (12-036)
Arifah Rakatasya Siregar (12-052)
Khadhra Ulfah (12-062)
Fitri Nirwana Sinaga (12-074)
Melinda Salim (12-092)

Seperti yang telah diketahui, sekolah mempunyai peranan penting dalam kehidupan kita. Tanpa ada sekolah, kita tidak bisa membaca huruf, belajar, dsb. Di Indonesia sendiri, sudah banyak terdapat sekolah-sekolah, baik sekolah negeri, sekolah swasta dan sekolah internasional. Semua itu hanya untuk anak-anak normal. Bagaimana dengan anak-anak yang mempunyai kekurangan? Apakah mereka tidak boleh memperoleh pendidikan seperti layaknya anak-anak normal?

Berikut adalah kriteria-kriteria sekolah luar biasa kelompok kami sesuai dengan jenisnya :

1. SLBA
SLBA adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang mengalami cacat mata (tunanetra).

a. Susunan Kelas
Gaya Auditorium yaitu Susunan Kelas di mana semua murid duduk menghadap guru.

b. Guru
Guru bagi ABK-A harus menguasai karakteristik/strategi pembelajaran yang umum pada anak-anak tunanetra meliputi tujuan, materi, alat, cara, lingkungan, dan aspek-aspek lainnya yang dibutuhkan oleh ABK-A dan mereka harus dibimbing oleh guru yang sifatnya penyabar, tekun, bertanggung jawab dan memiliki kemampuan serta pengalaman untuk melatih ABK-A tersebut.

c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan untuk ABK-A ini bisa dengan : 
Metode ceramah
Yang dimaksud dengan metode ceramah adalah cara penyampaian sebuah materi pelajaran dengan cara penuturan lisan kepada siswa/i . Metode ceramah dapat diikuti oleh tunanetra karena dalam pelaksanaannya penyampaian materi pelajaran ini disampaikan oleh guru dengan penjelasan lisan dan siswa hanya mendengar penyampaian materi dari guru tersebut.

Metode Tanya jawab
Metode tanya jawab ialah penyampaian pelajaran dengan cara guru mengajukan pertanyaan dan murid menjawab atau suatu metode di dalam pendidikan di mana guru bertanya sedangkan murid menjawab tentang materi yang ingin diperolehnya.
Menurut Zakiah Daradjat metode tanya jawab adalah salah satu teknik mengajar yang dapat membantu kekurangan-kekurangan yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru dapat memperoleh gambaran sejauh mana murid dapat mengerti dan dapat mengungkapkan apa yang telah diceramahkannya.
Siswa tunanetra mampu mengikuti pengajaran dengan menggunakan metode tanya jawab, karena metode ini merupakan tambahan dari metode ceramah yang menggunakan indera pendengaran.

Metode Diskusi
Metode diskusi adalah salah satu alternatif metode yang dapat dipakai oleh seorang guru di kelas dengan tujuan dapat memecahkan suatu masalah berdasarkan pendapat para siswa. Seiring dengan itu metode diskusi berfungsi untuk merangsang murid berfikir atau mengeluarkan pendapatnya sendiri mengenai persoalan-persolan yang kadang-kadang tidak dapat dipecahkan oleh suatu jawaban atau suatu cara saja, tetapi memerlukan wawasan atau ilmu pengetahuan yang mampu mencari jalan terbaik atau alternatif terbaik.
Anak tunanetra dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode diskusi, mereka dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi, karena dalam metode diskusi diutamakan kemampuan daya fikir siswa  untuk memecahkan suatu persoalan dan metode ini bisa diikuti tanpa menggunakan indera penglihatan.

d. Biaya
270.000/bulan dan menyediakan potongan harga bagi siswa yang kurang mampu secara ekonomi yaitu dengan hanya membayar uang sekolah 35%.

e. Fasilitas 
Penunjang pendidikan untuk anak tunanetra secara umum sama dengan anak normal, hanya memerlukan penyesuaian untuk informasi yang memungkinkan tidak dapat dilihat, harus disampaikan dengan media perabaan atau pendengaran. Fasilitas fisik yang berkaitan dengan gedung, seharusnya sedikit mungkin parit dan variasi tinggi rendah lantainya, hindari dinding yang mempunyai sudut lancip dan keras. Perabot sekolah sedapat mungkin dipakai yang sudutnya tumpul. 
Fasilitas penunjang pendidikan yang diperlukan untuk anak tunanetra menurut Annastasia Widjajanti dan Imanuel Hitipeuw (1995) adalah braille dan peralatan orientasi mobilitas, serta media pelajaran yang memungkinkan anak untuk memanfaatkan fungsi perabaan dengan optimal. 

Fasilitas pendidikan bagi anak tunanetra antara lain adalah: 

Huruf Braille 
Huruf Braille merupakan fasilitas utama penyelenggaraan pendidikan bagi anak tunanetra. Huruf Braille ditemukan pertama kali oleh Louis Braille. 

Tongkat putih 
Tongkat putih merupakan fasilitas pendukung anak tunanetra untuk orientasi dan mobilitas. Dengan tongkat putih anak tunanetra berjalan untuk mengenali lingkungannya. Berbagai media alat bantu mobilitas dapat berupa tongkat putih, anjing penuntun, kacamata elektronik, tongkat elektronik. 

Laser cane (tongkat laser) 
Tongkat laser adalah tongkat penuntun berjalan yang menggunakan sinar inframerah untuk mendeteksi rintangan yang ada pada jalan yang akan dilalui dengan memberi tanda lisan (suara). 

Audio

f. Orientasi Belajar
Orientasi belajar yang digunakan Teacher Center Learning dimana guru yang menjadi pusat pembelajaran dalam suatu proses belajar mengajar.

2. SLBB
Sekolah Luar Biasa – B adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang memiliki gangguan pendengaran (tunagrahita). Gangguan pendengaran ini juga dapat mengakibatkan gangguan berbicara (tunawicara). Sekolah luar biasa ini menggunakan bahasa isyarat untuk melakukan proses belajar mengajar.

a. Susunan Kelas
Susunan kelas atau gaya penataan kelas yang bagus adalah gaya Auditorium yang dimana satu kelas hanya berisikan 4-8 murid yang duduk menghadap ke guru atau pengajar. Dengan susunan kelas ini, murid-murid dapat memperhatikan guru dengan baik dan guru juga dapat memperhatikan muridnya dengan seksama. Sebaiknya dalam satu kelas terdapat minimal 2 orang guru sehingga apabila ada murid yang mengalami kesulitan dapat dibantu secara maksimal.
Suasana kelas pun harus dibuat senyaman mungkin. Untuk anak-anak TK – SD, ruang kelasnya bisa dihias dengan hasil karya seni maupun foto-foto murid dan majalah dinding yang berisikan list-list murid terbaik setiap minggunya. List ini bisa saja menjadi suatu motivasi untuk murid-murid untuk belajar lebih baik lagi.

b. Guru
Guru yang mengajar di sekolah SLBB harus merupakan lulusan khusus dan memiliki kemampuan atau ahli dalam hal mengajar anak tunarungu dan tunawicara. Mereka diwajibkan untuk menguasai bahasa isyarat. Guru juga harus bisa mengajarkan banyak hal, selain hanya mahir di bidang eksakta atau yang teoritis, mereka juga harus mempunyai ketrampilan seni. Guru-guru di SLBB juga diharapkan memiliki emosi yang stabil karena untuk mengajar anak SLBB harus menggunakan kesabaran ekstra.

c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan mungkin bisa menggunakan kurikulum yang digunakan oleh sekolah-sekolah biasa. Tapi sebelum memasuki SD ataupun  tahapan yang lebih tinggi, dibutuhkan kelas persiapan bahasa isyarat dan bahasa bibir sehingga murid-murid tunarungu dan tunawicara ini tidak begitu banyak mengalami kesulitan. Bahasa bibir juga penting untuk dipelajari karena ketika murid itu berada di lingkungan yang dimana semuanya tidak memiliki gangguan, bahasa isyarat tidak bisa begitu digunakan karena tidak semua anggota masyarakat memahami bahasa isyarat.

d. Biaya
Biaya yang dikenakan kepada murid-murid di sekolah SLBB sama dengan biaya rata-rata sekolah biasa. Tidak ada perbedaan biaya antara sekolah normal dengan SLBB ini. Untuk murid yang kurang mampu, diringankan biayanya ataupun pihak sekolah membantu orang tua murid untuk mencari beasiswa ataupun sponsor dari luar.

e. Fasilitas
Setiap kelas harus terdapat sebuah TV. TV tersebut berguna untuk memberitahukan pemberitahuan penting (tentunya dengan bahasa isyarat)  ataupun menonton hal-hal yang bisa membantu proses belajar mengajar murid-murid tunarungu tersebut. Selain TV, mungkin AC juga diperlukan agar murid terasa lebih nyaman.
Sekolah juga harus mempunyai asrama (dorm) untuk murid-murid yang berasal dari luar daerah. Dorm ini selain bisa ditinggali oleh murid-murid dari luar daerah, murid yang berasal dari dalam daerah juga bisa tinggal disana tergantung dengan keputusan orang tua murid. 
Sekolah juga harus mempunyai kelas ekstrakurikuler misalnya kelas komputer, bahasa asing, literature, menggambar, memasak, olahraga dan sebagainya. Kelas ini diharapkan dapat membantu murid untuk menyalurkan minat dan bakat mereka tanpa terhambat oleh kelainan atau kekurangan yang dimiliki mereka. 
Sekolah harus memiliki jaringan internet wireless (WIFI) yang bagus sehingga murid bisa mengakses internet yang mungkin bisa membantu proses belajar mereka dan agar mereka tidak ketinggalan informasi terkini. Media untuk mengakses internet harus menggunakan computer atau laptop yang disediakan sekolah. Murid-murid tidak diizinkan membawa gadget sendiri karena bisa saja terjadi kesetimpangan sosial.
Koperasi sekolah, UKS, kantin dan perpustakaan juga harus dimiliki oleh sekolah ini. Tentunya semua fasilitas sekolah disesuaikan dengan murid-murid yang tunarungu dan tunawicara.

f. Orientasi Belajar
Orientasi Belajar untuk anak kelas TK – SD harus menggunakan sistem TCL (Teacher-Centered Learning) dan untuk tingkat yang lebih tinggi, sudah bisa menggunakan SCL (Student-Centered Learning) dengan tujuan, murid diharapkan dapat bersosialisasi dengan teman-teman, berusaha mengerjakan tugas sendiri tanpa bantuan guru, dll. Hal ini berguna untuk mempersiapkan murid-murid tunarungu dan tunawicara untuk bisa berinteraksi di dunia sebenarnya layaknya orang biasa.

3. SLBC
SLBC ditujukan bagi anak-anak yang tunagrahita. Tunagrahita adalah keadaan keterbelakangan mental atau biasa dikenal juga sebagai retardasi mental. Retardasi mental adalah adalah kondisi sebelum usia 18 tahun yang ditandai dengan rendahnya kecerdasan (biasanya nilai IQ dibawah 70) dan sulit menyesuaikan diri atau beradaptasi dengan kehidupan sehari-hari. Retardasi mental ini sendiri memiliki empat tipe yang dibedakan berdasarkan tingkat intelegensinya, yaitu:
• Ringan (mild) : 55-70
• Moderat     : 40-54
• Berat (severe) : 25-39
• Parah     : < 25

Nah, untuk anak-anak yang tunagrahita dapat memperoleh pendidikan melalui Sekolah Luar Biasa C (SLBC).  Berikut adalah hal-hal yang diperhatikan dalam SLBC ini, yaitu:

a. Tata Ruang Kelas
Hal yang penting dalam tata ruang untuk anak yang retardasi mental yaitu tempat yang luas sekitar ukuran 6x7 meter.
Satu kelasnya maksimalnya terdiri dari 10 orang anak dan 5 guru didalamnya. Sehingga satu guru dapat mengawasi dan mengajar untuk dua orang anak. Ruang harus luas sehingga anak dapat secara bebas bergerak dan berinteraksi. Kemudian, barang-barang yang digunakan, seperti mainan, juga harus aman, baik dari apa mainan dibuat maupun dari segi kandungan kimia didalam mainan, haruslah yang tidak membahayakan sehingga dapat meminimalisir terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan. Ruang dibuat senyaman mungkin, seperti menggunakan AC dan pengharum ruangan. 
Bentuk meja sengaja dibuat gaya seminar sehingga pengajar dapat mengajari secara face-to-face kepada si anak. Disediakan pula karpet tempat bermain si anak, walaupun dinamakan tempat bermain, karpet tersebut dapat digunakan dalam proses belajar jika si anak sulit untuk dapat duduk tenang di kursi. Dan kelas juga di-cat dengan warna yang bagus yang dapat membawa perasaan tenang, damai, dan sejuk serta hindari menggunakan warna yang terlalu mencolok.

b. Pengajar
Dalam memilih pengajar untuk SLBC haruslah memiliki tingkat kesabaran yang tinggi, mampu berkomunikasi dengan baik, serta alangkah lebih baik jika tamatan dari psikologi. Sehingga, dapat memahami si anak dengan lebih baik. Kemudian pengajarnya juga harus kreatif sehingga pembelajaran tidak membosankan bagi si anak. Pengajar yang terdapat di dalam kelas sebanyak 5 orang dengan 10 orang siswa dengan harapan dapat secara efektif dalam proses belajar-mengajar.

c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan dalam proses belajar-mengajar ini harus mengajarkan terlebih dahulu tentang ‘Bina Diri” yang didalamnya mencakup: 
• Mengurus diri
• Menolong diri
• Komunikasi dan Sosialisasi
Dan diharapkan, guru mengajarinya dengan melalui teknik modeling, yaitu mempraktekan secara langsung agar si anak memperhatikan dan melakukan hal yang diajarkan oleh guru tersebut. Dan ibu guru tersebut juga harus mampu menjelaskan segala sesuatunya secara konkret dan rinci. Karena anak-anak retardasi mental cenderung tidak mampu memproses hal-hal yang abstrak.
Strateginya yaitu, pembelajaran yang diindividualisasikan dimana mereka belajar bersama-sama dalam satu kelastetapi kedalaman dan keluasan materi, pendekatan/metode maupun teknik berbeda-beda sesuai dengan kemaampuan dan kebutuhan si anak atau peserta didik. Metode yang digunakan dapat pula dengan metode kooperatif dimana dapat mengajari anak dalam komunikasi dan sosialisasi dengan orang lain.

d. Biaya
Jika membicarakan tentang biaya SLBC ini relatif mahal, karena membutuhkan energi dan usaha ekstra bagi para pengajar. Jika saya yang membuat sekolah, uang sekolah si anak Rp 350.000/bulan dan akan mendapat potongan harga bagi orang tua yang kurang mampu.

e. Fasilitas
Fasilitas sekolah merupakan penunjang aspek penting dalam membangun sekolah khususnya SLBC ini. Fasilitasnya dapat berupa indoor maupun outdoor.
• Fasilitas Indoor :
- Toilet
- Musholla
- Ruang khusus ekstrakurikuler, seperti: ruang alat musik
- Ruang khusus bermain dan pengasuhnya
- Perpustakaan mini
- 1 Kamar tidur anak dengan 4 single bed
- Ruang konsultasi bagi orang tua
• Fasilitas Outdoor :
- Taman bermain
- Kantin
- Kolam renang mini
- Pendopo 
- Halaman parkir
- Security atau satpam

f. Orientasi Belajar
Tentu saja orientasi belajar pada anak SLBC yaitu TCL (Teacher-Centered Learning), yaitu sistem belajar dimana guru berperan penting.

4. SLBD
Sekolah luar biasa (SLB) tipe D ini adalah sekolah bagi anak tuna daksa. Yaitu anak-anak berkebutuhan khusus secara fisik, atau cacat pada tubuh. SLB-D tentunya harus memiliki pengaturan khusus yang berbeda dari sekolah biasa, yang dapat memberi kemudahan bagi siswa-siswanya.
Berikut beberapa pengaturan dan ketentuan dalam SLB-D :
a. Manajemen Kelas
• Kelas antara murid dengan tingkat kebutuhan yang berbeda sebaiknya dipisah. Misalkan anak dengan cacat fisik ringan dipisahkan dengan cacat fisik berat. 
• Jumlah murid tiap kelas tidak melebihi 20 orang.
• Setiap kelas memiliki asisten guru yang membantu murid setiap saat. 
• Gaya pengelolaan kelas yaitu duduk melingkar. Guru dapat memonitor murid-muridnya, antar siswa juga dapat berkomunikasi dengan baik. 
• Membuat dan mendiskusikan aturan yang disepakati bersama sebelum kelas.

b. Guru
Guru dalam Sekolah Luar Biasa tentu saja harus orang-orang berpengalaman atau setidaknya mengenal dunia anak berkebutuhan khusus tersebut. Jika tidak, maka guru - guru tersebut harus terlebih dahulu diberikan training atau pelatihan.
 Orang yang memiliki kebutuhan khusus juga dapat menjadi guru di SLB. Mereka merupakan orang yang paling berpengalaman karena mengalami sendiri. Mereka akan lebih mengerti siswa, dan mengetahui hal- hal apa yang dibutuhkan siswa. Selain itu, dapat juga menjadi motivasi bagi siswa-siswanya , bahwa orang berkebutuhan khusus juga dapat memiliki karier dan diterima masyarakat.

c. Kurikulum
Anak berkebutuhan khusus tuna daksa  belum tentu memiliki kemampuan kognitif yang lebih rendah dari anak-anak normal. Kurikulum dari sekolah normal bisa saja diterapkan. Hanya saja mungkin ada aspek-aspek tertentu yang terbatas karena adanya keterbatasan. 
Dalam setiap SLB perlu adanya kelas motivasi. Yaitu kelas dimana pengajar memberikan motivasi pada siswa-siswanya. Memberikan pengertian pada siswa-siswanya bahwa keterbatasan bukan alasan untuk menyerah. Serta memotivasi murid-murid agar tidak merendahkan diri sendiri. Meningkatkan self-concept dan self-esteem mereka. 
Beberapa kelas khusus yang dapat diadakan :
• Anak dengan cacat pada bagian tubuh tertentu diberikan pelajaran tambahan. Misalnya, anak dengan cacat di tangan atau jari, maka diberikan kelas tambahan untuk belajar menulis dengan baik.
• Kelas khusus pelatihan kaki bagi anak yang tidak dapat menggunakan tangan. Ini bertujuan agar kaki anak dapat lebih terlatih melakukan beberapa tugas menggantikan tangannya.

d. Biaya
Biaya yang dikenakan pada murid sekitar Rp.350.000,- per murid. Untuk anak yang kurang mampu diberi keringanan uang sekolah.

e. Fasilitas
• Setiap kelas sebaiknya dilengkapi rak buku untuk masing-masing murid. Rak tersebut didesain dengan tinggi berbeda-beda, sesuai kebutuhan si anak. Misalnya, anak yang cacat kaki , tidak bisa berdiri, diberi rak yang bawah. 
• Jika dalam sekolah terdapat tangga, maka dibuat jalur khusus kursi roda.
• Di sepanjang lorong kelas dalam sekolah, di buat pegangan tangan di dinding-dinding yang memudahkan siswa berjalan. 
• Berbagai fasilitas olahraga dan hobi yang berbeda sesuai kebutuhan khusus anak. Misalnya anak dengan cacat tangan bermain sepak bola. Anak dengan cacat kaki bermain catur. 
• Toilet di sekolah didesain untuk orang yang berkebutuhan khusus.

f. Orientasi Belajar
Dalam sekolah luar biasa, orientasi belajar siswa cenderung TCL atau Teacher-Centered Learning, yaitu proses pembelajaran dalam kelas yang berfokus pada gurunya. Guru mengajarkan setiap hal yang diajarkan dan murid mendengarkan. 
Student-Centered Learning atau SCL juga dapat diterapkan. Namun, tentu saja harus melihat pelajaran apa yang dipelajari dan juga melihat murid dalam kelas tersebut apakah mampu. Contohnya kelas kerajinan tangan, guru hanya perlu member tahu cara dasar pengerjaannya, dan selanjutnya dapat dikerjakan murid itu sendiri. Setiap karya yang dihasilkan siswa juga harus diberi penilaian dan umpan balik oleh si guru.

5. SLBE
SLBE adalah sekolah yang dikhususkan untuk anak-anak yang mengalami gangguan emosi.

a. Susunan Kelas
Susunan kelas dibuat dengan gaya seminar. Dimana semua anak duduk dan bergabung dalam bentuk lingkaran besar ataupun U.  Sehingga anak dapat bersosialisasi dengan baik antara anak yang satu dengan anak yang lain. Sehingga bisa terbentuk kehidupan sosial yang baik anatar anak yang satu dengan anak yang lain dan dapat beradaptasi dengan semua anak, bukan hanya sebagian.

b. Guru
Akan sangat diperlukan seorang guru yang sangat sabar dan tekun, yang mampu memberikan rasa aman dan nyaman kepada anak anak tunalaras. Sehingga baik emosi maupun tingkah laku dari anak tersebut dapat sedikit terkontrol.

c. Kurikulum
Kurikulum yang digunakan merupakan pembelajaran terpatu, sama seperti anak sekolah yang normal lainnya, tetapi disini peran guru yang sabar dan juga memberi rasa nyaman harus dioptimalkan, sehingga anak tuna laras tidak merasa tertekan dengan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dan perlu ditambahkan pula kurikulum “moving class” agar anak tuna laras terbiasa dan mulai bersosialisasi dengan dunia luar, dan harus mulai beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya.

d. Biaya
400.000/bulan untuk kelas reguler dan biaya tambahan 300.000 untuk anak yang diasramakan. Dan menyediakan beasiswa bagi juara kelas I, II, dan III. Yaitu hanya membayar uang sekolah 10% bagi juara I, 30% bagi juara II, dan 50% bagi juara III.

e. Fasilitas
Fasilitas yang akan disediakan di sekolah khusus untuk anak tuna laras seperti asrama, ruang bermain, ruang konsultasi, dan juga ruang yang di design seberti rumah sendiri. Sehingga tidak terlalu sulit untuk anak agar dapat beradaptasi. Dan fasilitas ruang olahraga, agar anak tunalarass dapat melampiaskan ataupun mengalihkan emosinya ke arah yang lebih positif.

f. Orientasi Belajar
Orientasi belajar yang digunakan Teacher Centre Learning. Karena tidak memungkinkan bagi anak tuna laras dengan ketidakstabilan emosi untuk dicanangkan orientassi belajar Student Center Learning.


Sekian sekolah luar biasa yang ciptaan kelompok 6. Diharapkan Sekolah Luar Biasa di Indonesia bertambah banyak sehingga anak-anak yang mempunyai kekurangan bisa mendapat pendidikan layaknya anak-anak normal. Terima Kasih.

No comments:

Post a Comment